Beranda | Artikel
Teks Khotbah Jumat: Sudah Tepatkah Rasa Cintaku kepada Nabi Muhammad?
Rabu, 4 Oktober 2023

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

أَمَّا بَعْدُ:

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah.

Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian, marilah senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Karena dengan ketakwaan inilah, kita akan selalu diberi jalan keluar atas setiap masalah yang dihadapi serta diberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka, sebagaimana firman Allah,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ  وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Ketakwaan kita tidak akan sempurna, kecuali dengan menaati Allah dan rasulnya secara totalitas. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya, takut kepada Allah, dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.(QS. An-Nur: 52)

Wahai kaum muslimin sekalian,

Di antara amalan hati paling agung yang dapat kita persembahkan kepada Allah Ta’ala adalah rasa cinta kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kecintaan yang menumbuhkan rasa semangat di dalam mengikuti setiap jejak beliau, mentaati seluruh perintahnya, menyebarkan sunahnya, serta menjauhkan diri dari apa-apa yang beliau larang.

Kita tidak akan bisa merasakan manisnya keimanan, kecuali jika benar-benar mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sempurna. Di dalam Ash-Shahihain, terdapat hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثَلَاثٌ مَن كُنَّ فيه وجَدَ حَلَاوَةَ الإيمَانِ: أنْ يَكونَ اللَّهُ ورَسولُهُ أحَبَّ إلَيْهِ ممَّا سِوَاهُمَا، وأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لا يُحِبُّهُ إلَّا لِلَّهِ، وأَنْ يَكْرَهَ أنْ يَعُودَ في الكُفْرِ كما يَكْرَهُ أنْ يُقْذَفَ في النَّارِ.

“Tiga hal yang barangsiapa memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman. (Yaitu:) 1) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya, 2) mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan 3) benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka.(HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)

Bahkan, wahai jemaah sekalian.

Seorang muslim tidak akan sempurna imannya, kecuali jika ia benar-benar mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لا يُؤمِنُ أحَدُكم حتَّى أكونَ أحَبَّ إليه مِن وَلَدِه ووالدِه والنَّاسِ أجمعينَ

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai diriku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari no 15 dan Muslim no. 44)

Mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan salah satu pokok keimanan yang terhubung erat dengan kecintaan kita kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala bahkan mengancam siapa pun yang mendahulukan kecintaannya kepada hal-hal yang secara naluriah dicintai oleh manusia daripada kecintaannya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik itu kecintaan kepada sanak saudara, harta benda, ataupun tanah air, dan yang semisalnya. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” (QS. At-Taubah: 24)

Suatu hari, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

يا رَسولَ اللَّهِ، لَأَنْتَ أحَبُّ إلَيَّ مِن كُلِّ شَيْءٍ إلَّا مِن نَفْسِي

“Duhai rasulullah, dirimu lebih aku cintai dari apapun, kecuali diriku.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا، والَّذي نَفْسِي بيَدِهِ، حتَّى أكُونَ أحَبَّ إلَيْكَ مِن نَفْسِكَ

“Tidak, demi Zat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sampai aku lebih engkau cintai bahkan dari dirimu sendiri.”

Maka Umar pun menjawab,

فإنَّه الآنَ، واللَّهِ، لَأَنْتَ أحَبُّ إلَيَّ مِن نَفْسِي

“Demi Allah, Sesungguhnya sekarang dirimu lebih aku cintai bahkan daripada diriku sendiri.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengatakan,

الآنَ يا عُمَرُ.

“Sekarang ya Umar (Imanmu telah sempurna).” (HR. Bukhari no. 6632)

Lihatlah! Bagaimana pengajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu?! Pengajaran bahwa kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya harus lebih diutamakan, bahkan melebihi kecintaannya kepada dirinya sendiri.

Jemaah Jumat yang semoga senantiasa diberikan rahmat dan ampunan-Nya.

Kecintaan kita kepada Rasulullah akan membawa kita lebih dekat dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan membersamainya di akhirat kelak.

Suatu hari, datang seseorang menemui Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, lalu bertanya, Wahai Rasulullah, kapankah kiamat terjadi?

Beliau menjawab, “Apa yang telah kau persiapkan untuknya?”

Laki-laki itu menjawab;

مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Aku belum mempersiapkan banyak, baik itu salat, puasa, ataupun sedekah. Namun, aku hanya mencintai Allah dan rasul-Nya.”

Beliau shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,

أنْتَ مع مَن أحْبَبْتَ

“Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.” (HR. Bukhari no. 6167 dan Muslim no. 2639)

Sungguh sebuah keutamaan yang besar bagi siapapun yang mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mau mengikuti petunjuknya. Dengan rasa cinta ini serta rasa semangat untuk mengikuti beliau, maka kita semua berpeluang untuk membersamainya di surga kelak.

Wahai kaum muslimin sekalian.

Mirisnya, konsep mengenai cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengalami perubahan dan pergeseran. Di zaman para sahabat dahulu kala, mereka memaknai kecintaan kepada Rasulullah dengan mengutamakan cintanya kepada beliau melebihi kecintaan mereka kepada hal-hal lainnya serta mengikuti sunah beliau dalam segala hal.

Di zaman sekarang, bagi sebagian kalangan yang mengaku mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, definisi dan konsep mencintai Nabi berubah menjadi berinovasi di dalam berselawat, menciptakan zikir-zikir baru yang belum pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, merayakan maulid, hari kelahiran beliau, menciptakan kasidah pujian, dan mengadakan perayaan-perayaan yang dipenuhi kemungkaran. Sungguh, ini merupakan perkara yang sangat memprihatinkan dan sangat disayangkan.

Ketahuilah wahai jemaah sekalian. Pecinta dan pengagum beliau yang sejati adalah mereka yang senantiasa mengagungkan sunah-sunahnya, menjalankan apa-apa yang menjadi syariatnya, serta mengikuti jejak beliau dalam setiap perkataan maupun perbuatan.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Baca juga: Inilah Gambaran Cinta Nabi Dahulu dan Sekarang

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala.

Ada beberapa tanda yang bisa kita wujudkan agar kecintaan kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjadi kecintaan yang sia-sia. Tanda-tanda yang akan membedakan dan memperlihatkan siapa saja yang jujur dan tepat di dalam mencintai nabinya dan siapa saja yang hanya mengaku-aku saja.

Tanda yang pertama: Beriman kepada beliau dan membenarkan seluruh kabar yang datang darinya, baik itu yang bersumber dari Al-Qur’an maupun yang berupa hadis-hadis beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِى نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa: 136)

Yang kedua: Menjunjung tinggi dan memuliakan beliau serta memuliakan sunah-sunah dan ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah Ta’ala berfirman,

اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۙ ، لِّتُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِه وَتُعَزِّرُوْهُ وَتُوَقِّرُوْهُۗ وَتُسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا

Sesungguhnya Kami mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar kamu semua beriman kepada Allah dan rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.” (QS. Al-Fath: 8-9)

Di ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman,

فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِه وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ مَعَهٓ ۙاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ࣖ

Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung.(QS. Al-A’raf: 157)

Rasa cinta akan memunculkan pengagungan. Pengagungan yang akan membuat seseorang merasa marah apabila orang yang dicintainya tersebut dihina dan dilecehkan.

Yang ketiga: Menjalankan seluruh perintahnya dan meninggalkan apa-apa yang dilarangnya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَۚ فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاِنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang.” (QS. At-Tagabun: 12)

Dan di antara wasiat beliau kepada umatnya yang hidup di akhir zaman adalah berpegang kuat kepada sunah dan berhati-hati dari perkara bid’ah, mengadakan hal-hal baru dalam peribadatan dan ibadah, baik itu membuat prosesi tertentu atau meyakini adanya keutamaan tertentu dari perbuatan bid’ah yang ia lakukan. Karena sungguh mengadakan hal-hal baru terkait ibadah akan mengantarkan seseorang ke dalam kesesatan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunahku dan sunah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah oleh kalian perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah kesesatan. (HR. Abu Dawud no. 4607 dan Ahmad no. 17185)

Berhati-hatilah wahai jemaah sekalian dari melakukan sesuatu berkaitan dengan agama dan bermuatan ibadah yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Berdalih dengan besarnya rasa cinta kepada beliau, namun justru melakukan perkara-perkara yang beliau larang.

Mereka yang melakukan ke-bid’ah-an serta membuat perkara baru yang tidak beliau contohkan, maka akan dijauhkan dari telaganya di akhirat nanti. Nabi mengisahkan,

“Aku akan mendahului kalian di al-haudh (telaga). Lalu, ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al-haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah) yang mereka ada-adakan sepeninggalmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)

Tanda keempat dan yang terakhir wahai jemaah sekalian: Memperbanyak selawat serta salam kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,

Allah Ta’ala memerintahkan untuk melakukan hal tersebut dalam firman-Nya,

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.(QS. Al-Ahzab: 56)

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Baca juga: Potret Kecintaan Para Sahabat Kepada Rasulullah

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.


Artikel asli: https://muslim.or.id/88202-sudah-tepatkah-rasa-cintaku-kepada-nabi-muhammad.html